Bawang Merah dan Lombok Merah
Story by: Rizqa Auliya
Di
sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Sambal, hiduplah Bawang Merah dan Lombok
Merah. Bawang Merah adalah gadis yang manis, berambut panjang, dan berperawakan
tinggi langsing. Sedangkan Lombok Merah adalah pemuda yang tampan dan bertubuh
atletis. Mereka bersahabat sejak mereka masih kecil. Tawa riang mereka selalu
menghiasi dan menghidupkan suasana Kerajaan Sambal.
Bawang
Merah dan Lombok Merah tumbuh bersama di sebuah istana yang berada di jantung
Kerajaan. Raja dan Ratu Tomat adalah orang yang merawat dan membesarkan mereka.
Raja dan Ratu Tomat sangat menyayangi mereka.
Namun
ketika Bawang Merah dan Lombok Merah beranjak dewasa, Bawang Merah mulai
berubah. Ia menjadi jahat dan suka membuat onar. Banyak anak-anak yang menangis
karena ulahnya. Lombok Merah merasa gelisah, dia khawatir akan perubahan
sahabatnya itu, maka ia mencoba menegur Bawang Merah.
“Hai,
Bawang Merah,” sapanya dengan senyum lembut.
Saat
itu Bawang Merah sedang duduk melamun di atas pohon Jati. Bawang Merah tak
menggubris kedatangan sahabatnya, ia hanya membalasnya dengan tatapan sinis.
Hal itu jelas membuat Lombok Merah tertegun. Maka ia mengulangi lagi
kalimatnya.
“Hai,
Bawang Merah,” sapanya tanpa menghilangkan senyum lembutnya.
“Mau
apa kau kesini?” jawab Bawang Merah ketus
“Tidak
apa-apa. Hanya ingin bertanya, mengapa sikapmu akhir-akhir ini berubah? Kau
sekarang jadi lebih pendiam dan sering berbuat jahat.”
“Pergi
sana! Jangan ikut campur urusanku, itu bukan urusanmu!” bentak Bawang Merah
seraya mendorong Lombok Merah.
Meski
Bawang Merah bersikap kasar, Lombok Merah tetap bersikap bijaksana. Ia
menjawabnya tetap dengan tutur kata yang lembut dan santun.
“Bawang
Merah, maaf sebelumnya kalau aku mencampuri urusanmu. Tapi sikapmu sudah
keterlaluan. Banyak warga yang gelisah dan khawatir akan perubahanmu itu. Kamu
bukan Bawang Merah yang kukenal dulu.”
“Yap!
Kau benar. Aku memang bukan Bawang Merah yang lemah seperti dulu. Sekarang aku
sudah berubah menjadi wanita yang kuat dan tak ada yang bisa menandingiku.
HAHAHAHAHA.” ucap Bawang Merah sambil berlalu pergi.
Mendengar
hal itu, rasa khawatir Lombok Merah semakin menjadi, karena ia tau di Kerajaan
Sambal ada seorang penyihir yang sangat terkenal, bernama Penyihir Terasi.
Penyihir itu sangat membenci kejahatan. Ia tak segan-segan membunuh atau bahkan
mengutuk orang yang berbuat jahat. Maka Lombok Merah berlari sekuat tenaga menuju
istana Kerajaan Sambal. Ia pun melapor kepada Raja Tomat.
“Ada
apa gerangan wahai Lombok Merah? Mengapa engkau terengah-engah seperti ini?
Lombok
Merah menceritakan tentang perubahan sikap Bawang Merah. Ia juga memberitahu
Raja Tomat tentang keberadaan Si Penyihir Terasi. Sang Raja hanya
manggut-manggut mendengarkan ceritanya.
“Begitulah,
Raja Tomat. Saya takut akan terjadi hal buruk pada Bawang Merah. Biar
bagaimanapun, dia tetaplah sahabat saya sejak kecil.”
Tepat
setelah Lombok Merah mengucapkan kalimatnya, terdengar suara gemuruh petir yang
sangat dahsyat. Dari jendela istana, terlihat cahaya-cahaya kilat yang
menyilaukan mata. Raja Tomat dan Lombok Merah berlari ke arah datangnya suara.
“Ampun,
Penyihir Terasi. Jangan kutuk saya.” pinta Bawang Merah dengan wajah mengiba.
“Tidak.
Tindakanmu sudah keterlaluan. Kau harus menerima ganjarannya!”
Penyihir
Terasi hendak mengayunkan tongkat sihirnya. Bertepatan dengan munculnya Raja
Tomat dan Lombok Merah.
“Tunggu!
Jangan kutuk dia, Penyihir Terasi. Mewakilinya, saya minta maaf atas segala
tindakan Bawang Merah,” ujar Lombok Merah dengan terengah-engah.
Namun
semuanya sudah terlambat. Penyihir terasi telah berhasil mengutuk Bawang Merah
menjadi kursi goyang. Lombok merah menangis sejadi-jadinya. Ia telah kehilangan
sahabat kecilnya. Penyihir Terasi pergi, sedangkan Raja Tomat berusaha
menenangkan Lombok Merah. Mereka pun pulang dengan tertunduk lesu, sambil
membawa kursi goyang Bawang Merah.
***
Tiga
bulan berlalu, namun Lombok Merah masih mengurung diri di kamarnya. Ia tampak
letih dan lesu. Setiap hari ia hanya melamun sambil menatap kursi goyang Bawang
Merah.
Berbagai
cara sudah dilakukan Raja dan Ratu Tomat untuk menghibur Lombok Merah. Tetapi
tidak ada satupun yang berhasil. Lombok Merah tetap tidak mau makan, dan hanya
melamun saja.
Hingga
pada suatu hari, datanglah Putri Riri Kemiri dari Kerajaan Rerempah. Gadis yang
sangat cantik tersebut juga merupakan teman kecil Bawang Merah dan Lombok
Merah. Ia sudah mendengar kabar tentang kedua sahabatnya.
Tok..
Tok.. Tok..
Putri
Riri Kemiri mengetuk pintu kamar Lombok Merah. Namun si empunya kamar justru
tak bergeming. Maka ia pun terpaksa langsung masuk ke kamar Lombok Merah.
“Hai,
Lombok Merah, apa kabar? Kau ingat aku?”
“Siapa
kau? Aku tak mengenalmu.”
“Aku
Putri Riri Kemiri, teman masa kecilmu. Ingat?”
Lombok
Merah pun terperangah mendengar nama itu. Ia sama sekali tak menyangka jika
gadis yang ada di sebelahnya saat ini adalah sahabat masa kecilnya.
“Benarkah?
Kau banyak berubah ya. Sekarang kau makin cantik. Dulu kau gendut dan
berjerawat banyak,” ucap Lombok Merah sambil sedikit tertawa.
Putri
Riri Kemiri tersipu malu. Pipinya seketika berubah warna menjadi kemerahan. Kemudian
mereka melanjutkan perbincangan. Sesekali ia mecubit lengan Lombok Merah dengan
penuh kelembutan. Mereka bercerita dan tertawa bersama sambil menatap matahari
terbenam.
Dari
kejauhan, Raja dan Ratu Tomat melihat pemandangan itu. Mereka tersenyum, dan meneteskan air
mata bahagia. Mereka senang, Lombok Merah bisa tersenyum dan tertawa lagi. Kini
Lombok Merah dan Putri Riri Kemiri terdiam dan menikmati indahnya sunset.
“Putri
Riri Kemiri...”, tiba-tiba Lombok Merah bersuara.
“Iya?”
“Terimakasih
ya, aku senang kau datang kesini. Berkat kehadiranmulah aku bisa tertawa riang
lagi seperti tadi,” ucap Lombok Merah sambil melayangkan senyum termanisnya.
Putri
Riri Kemiri hanya mengangguk dan tersenyum. Ia juga turut senang jika
sahabatnya itu sudah bebas dari keterpurukan. Kemudian mereka melewati
hari-hari berikutnya dengan tawa yang tak pernah lepas. Mereka selalu bersama.
Kini Lombok Merah telah menemukan sahabat sejatinya, yaitu Putri Riri Kemiri.
*TAMAT*
0 komentar:
Posting Komentar